Selasa, 27 September 2011

Pandangan Mengenai Koperasi Dalam Perekonomian Indonesia Saat Ini


koperasi di Indonesia, menurut UU tahun 1992, didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.[4] Di Indonesia, prinsip koperasi telah dicantumkan dalam UU No. 12 Tahun 1967 dan UU No. 25 Tahun 1992.[4]
Prinsip koperasi di Indonesia kurang lebih sama dengan prinsip yang diakui dunia internasional dengan adanya sedikit perbedaan, yaitu adanya penjelasan mengenai SHU (Sisa Hasil Usaha).[4]

Dalam perkembangannya saat ini, pengembangan koperasi belum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Perkembangan koperasi yang ada di Indonesia saat ini begitu sangat lambat. Meskipun berbagai kebijakan telah dicanangkan oleh pemerintah, keberadaan koperasi di Indonesia masih belum dapat memenuhi kondisi sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah kurang diminatinya koperasi oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena selama ini koperasi hanya dipandang sebagai lembaga saja, bukan sebagai sistem perekonomian.

Apabila kita melihat koperasi dari segi lembaga, maka kita dapat melihat koperasi tersebut sebagai perkumpulan dan sebagai badan usaha. Sebagai sebuah perkumpulan, dapat kita lihat dari pengertian koperasi itu sendiri yang merupakan perkumpulan orang-orang, dimana orang-orang tersebut saling bekerjasama untuk bersama-sama mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya.
Dalam hal ini, kumpulan orang-orang tersebut merupakan prasyarat dari pembentukan suatu koperasi, dimana dalam peraturan koperasi Indonesia, koperasi baru dapat didirikan apabila ada minimal 20 orang. Selain iyu, sebagai sebuah perkumpulan atau organisasi, maka dalam koperasi diperlukan adanya pengurus untuk mengelola dan mewakili koperasi itu dalam menjalankan usahanya dan mencapai tujuannya.

Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 dinyatakan bahwa: “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Apabila kita tinjau pasal tersebut, hal ini mengandung maksud bahwa perekonomian Indonesia disusun berdasarkan demokrasi ekonomi yang tidak menghendaki adanya pemusatan ekonomi hanya pada satu tangan, tetapi harus merata bagi setiap warga. Badan usaha yang sesuai dengan ketentuan ini adalah koperasi, dimana koperasi merupakan suatu badan usaha dan sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang mengutamakan kepentingan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dengan berdasarkan atas asas kekeluargaan. Dengan demikian, koperasi sebagai suatu system perekonomian ini mempunyai kedudukan politik yang cukup kuat karena memiliki landasan konstitusional.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, dalam pasal 33 UUD 1945 tercantum peran koperasi sebagai upaya menuju demokrasi ekonomi.dimana koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang melandaskan kegiatannya dengan prinsip koperasi, yaitu kebersamaan, dan asas kekeluargaan. Dua ciri inilah yang membedakan koperasi dengan badan usaha lain.
Adanya asas kekeluargaan dan prinsip kebersamaan yang mendukung partisipasi anggota inilah yang membuat koperasi dapat berperan untuk menciptakan demokrasi ekonomi tersebut. Dan dengan adanya demokrasi ekonomi, maka dapat meningkatkan kehidupan para pengusaha yang lemah.
Hal ini disebabkan koperasi dalam menjalankan usahanya akan cenderung melihat kepentingan bersama, bukan hanya kepentingan segelintir orang atau pribadi saja. Dengan demikian, disini koperasi dapat berpotensi untuk ikut serta memecahkan persoalan sosial ekonomi masyarakat dan berpeluang untuk mengisi sistem ekonomi yang lebih baik. Untuk itu, masyarakat seharusnya memandang eksistensi koperasi secara keseluruhan. Tidak hanya sebagai sebuah perkumpulan semata atau suatu badan usaha yang memerlukan modal dan manajemen dalam menjalankan usahanya.
Akan tetapi lebih melihat koperasi itu sendiri sebagai suatu sistem perekonomian, yaitu koperasi sebagai bagian dari penyelenggara perekonomian yang berdasarkan atau sebagai upaya demokrasi ekonomi, dimana koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang melandaskan kegiatannya dengan prinsip koperasi, yaitu kebersamaan, dan asas kekeluargaan, sehingga masyarakat dapat tersadar bahwa koperasi dapat memecahkan masalah sosial ekonomi yang ada di masyarakat atau sebagai salah satu cara agar masyarakat dapat mengubah kehidupannya menjadi lebih baik.
















Pedagang Hasil Bumi Enggan Beli Kopra

Pedagang Hasil Bumi Enggan Beli Kopra PDF Print E-mail
Karena Harganya Semakin Terpuruk

TERNATE – Terpuruknya harga kopra di Malut, membuat ada pedagang hasil bumi enggan membeli kopra dari petani.
“Harga kopra terlalu rendah sehingga saya tidak lagi membeli kopra dari petani,”kata Hi Nasrun Zamzam, pengelola CV Sinar Milienium. Menurutnya, harga kopra saat ini untuk kopra kopra harian Rp 2600 turun dari harga sebelumnya Rp 2800. Sedangkan kopra gudang Rp 3000 turun dari harga sebelumnya Rp 3200. “Harga kopra turun lagi sejak Senin awal minggu ini,”kata Nasrun.

Dia mengaku mengapalkan kopra terakhir ke Surabaya adalah sebelum bulan puasa lalu sebanyak empat konteiner. Setelah itu dia tidak pernah lagi membeli kopra. Kondisi harga kopra yang semakin turun juga membuat petani mulai malas membuat kopra.

Pada puasa lalu misalnya, petani lebih suka menjual kelapa muda yang harganya Rp 5000 perbuah, ketimbang menjual kopra. “Untuk menghasilkan satu kilogram kopra, butuh empat buah kelapa. Jadi secara ekonomis petani lebih suka menjual kelapa muda,”terangnya.

Turunnya harga kopra disebabkan karena harga minyak kelapa sawit juga turun. Pembeli lebih memilih minyak kelapa sawit dari pada kopra karena minyak sawit banyak keunggulannya. “Yang saya dengar seperti itu, harga kopra turun karena harga minyak sawit juga turun,”terang Nasrun.

Pada kesempatan itu, Nasrun menjelaskan bahwa harga kopra di Malut termasuk rendah di Indonesia karena kualitas rendah. Cara petani menghasilkan kopra di Malut tidak bagus sehingga menyebabkan minyak yang dihasilkan sedikit. Tehnik pengasapan yang dilakukan petani Malut tidak sebaik petani Sulut. “Paling bagus harus dijemur,”paparnya.

Untuk komoditas lain seperti coklat harganya naik dari Rp 23 ribu pada puasa lalu menjadi Rp 24 ribu perkilogram, pala juga naik dari Rp 53 ribu menjadi Rp 56 ribu, fuli Rp 80 ribu atau naik Rp 5000, dan cengkeh juga naik menjadi Rp 57 ribu dari harga sebelumnya Rp 55 ribu perkilogram.