Pedagang Hasil Bumi Enggan Beli Kopra |
Karena Harganya Semakin Terpuruk TERNATE – Terpuruknya harga kopra di Malut, membuat ada pedagang hasil bumi enggan membeli kopra dari petani. “Harga kopra terlalu rendah sehingga saya tidak lagi membeli kopra dari petani,”kata Hi Nasrun Zamzam, pengelola CV Sinar Milienium. Menurutnya, harga kopra saat ini untuk kopra kopra harian Rp 2600 turun dari harga sebelumnya Rp 2800. Sedangkan kopra gudang Rp 3000 turun dari harga sebelumnya Rp 3200. “Harga kopra turun lagi sejak Senin awal minggu ini,”kata Nasrun. Dia mengaku mengapalkan kopra terakhir ke Surabaya adalah sebelum bulan puasa lalu sebanyak empat konteiner. Setelah itu dia tidak pernah lagi membeli kopra. Kondisi harga kopra yang semakin turun juga membuat petani mulai malas membuat kopra. Pada puasa lalu misalnya, petani lebih suka menjual kelapa muda yang harganya Rp 5000 perbuah, ketimbang menjual kopra. “Untuk menghasilkan satu kilogram kopra, butuh empat buah kelapa. Jadi secara ekonomis petani lebih suka menjual kelapa muda,”terangnya. Turunnya harga kopra disebabkan karena harga minyak kelapa sawit juga turun. Pembeli lebih memilih minyak kelapa sawit dari pada kopra karena minyak sawit banyak keunggulannya. “Yang saya dengar seperti itu, harga kopra turun karena harga minyak sawit juga turun,”terang Nasrun. Pada kesempatan itu, Nasrun menjelaskan bahwa harga kopra di Malut termasuk rendah di Indonesia karena kualitas rendah. Cara petani menghasilkan kopra di Malut tidak bagus sehingga menyebabkan minyak yang dihasilkan sedikit. Tehnik pengasapan yang dilakukan petani Malut tidak sebaik petani Sulut. “Paling bagus harus dijemur,”paparnya. Untuk komoditas lain seperti coklat harganya naik dari Rp 23 ribu pada puasa lalu menjadi Rp 24 ribu perkilogram, pala juga naik dari Rp 53 ribu menjadi Rp 56 ribu, fuli Rp 80 ribu atau naik Rp 5000, dan cengkeh juga naik menjadi Rp 57 ribu dari harga sebelumnya Rp 55 ribu perkilogram. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar